Renungan untuk yg srg meninggalkan buah hatinya demi mengejar dunia yg fana...ak ambil dr note teman di fb dg ijinnya, tnx tante Sarie....
by Era Purba 'sarie' on Saturday, 21 August 2010 at 11:20
Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun.
Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya, karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" ....
Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu tuan ..."
"Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yang kau lakukan?" hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yang membuat gambar itu ayahhh.. cantik kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.
Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya.
Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air.
Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya.
"Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah.
"Dita demam, Bu"...jawab pembantunya ringkas.
"Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu.
Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu.
"Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut...
"Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu.
Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yang dapat dikatakan lagi. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan.
Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.
Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah..sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.
"Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?...Bagaimana Dita mau bermain nanti?... Dita janji tidak akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang.
Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...
Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yang tak bertepi, Namun si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..
Terkadang kita terlalu membanggakan, terlalu sayang akan barang-barang yang kita miliki melebihi kasih sayang kita terhadap anak maupun keluarga kita sendiri. Semoga cerita ini dapat menjadi refleksi pribadi dalam hidup berkeluarga.
sumber : http://colom-cerita.blogspot.com/2009/11/ayah-maafkan-anakmu-tersayang.html
Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya, karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" ....
Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu tuan ..."
"Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yang kau lakukan?" hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yang membuat gambar itu ayahhh.. cantik kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.
Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya.
Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air.
Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya.
"Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah.
"Dita demam, Bu"...jawab pembantunya ringkas.
"Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu.
Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu.
"Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut...
"Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu.
Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yang dapat dikatakan lagi. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan.
Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.
Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah..sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.
"Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?...Bagaimana Dita mau bermain nanti?... Dita janji tidak akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang.
Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...
Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yang tak bertepi, Namun si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..
Terkadang kita terlalu membanggakan, terlalu sayang akan barang-barang yang kita miliki melebihi kasih sayang kita terhadap anak maupun keluarga kita sendiri. Semoga cerita ini dapat menjadi refleksi pribadi dalam hidup berkeluarga.
sumber : http://colom-cerita.blogspot.com/2009/11/ayah-maafkan-anakmu-tersayang.html
Sumpah mbak tiwi.... aku nangis nih baca kisahnya. semoga ga buat batal ibadah puasa.
BalasHapussungguh tega ayah yang memukul anaknya, walaupun dengan untuk menghukum anaknya.
Anak adalah titipan tuhan, sudah selayaknya kita bersyukur dan menjaganya. Apalagi bagi young parent, mungkin bisa belajar dan bertanya kepada yang sudah berpengalaman,
sebaik2nya pengasuh dan babysiter, lebih baiknya kalau orang tua sendiri yang menjaga. minimal sampai berani dan bisa diberi kepercayaan.
semoga kisah ini menjadi pelajaran yang berharga bagi calon2 orang tua seperti saya, amien...
to tito: ak jg terhura, eh terharu banget kok...hua...hiks. mdh2an meski hrs mncr rizki di luar rmh rmh, para ortu tdk mengurangi kualitas kasih sayang pada buah hati mereka...hingga jd terlantar spt kisah di atas...
BalasHapusgile.. ini kisah sangat inspiratif banget..
BalasHapusjujur, saya aja sebagai laki2 yang kadang gengsian buat nangis, kali ini tetep ga nangis juga.. tapi tetep aja berkaca2.. mana malu lagi dikantor nih.. hihiiii.. (eh, koq malah ketawa..?)
hikmah lainnya : *memang penyelsalan itu tidak selalu datang belakangan...
kisah yang sangat memprihatinkan... terlalu dibudaki oleh hawa nafsu dunia yang sebenarnya tidak pantas berbuat seperti itu.
BalasHapusjika tidak hati-hati dalam meniti rumah tangga baik dalam perencanaan atau mengarunginya, ia akan menjadi bagian dari sebuah penderitaan yang tiada bertepi.
banyak anak yang berkelakuan tidak baik yang sebenarnya korban ketidakbijaksanaan orang tuanya dalam mendidik anak-anaknya sendiri
Bener2 mau nangis neh... untung inget ane cowo jadi ga jadi nangisnya.. sunguh mengharukan.. mudah2an ini jadi pelajaran buat kita semua agar lebih sayang ma keluarga dibandingkan hawa nafsu dunia. Nice post mba tiwi..
BalasHapuswiiih,,,paling kesel aku mbak kalo urusan kekerasan nih,,,,masa,,apa2 harus kasar??? hiks hiks :((,,, (*nulisnys sambil terharu*),,,semoga ane nanti kalo jdi bapak gak kek gtu,,, amin,,,
BalasHapushmm.. emang ga enak menjadiseorang anak yg kedua ortunya sibuk mencari uang, meski begitu seharusnya mereka menyempatkan waktu buat anak2 nya, ya sekedar kumpul bareng terus saling cerita...
BalasHapuscuma kadang saking sibuknya mereka melupakan hal tersebut...
maaf mba Tiwi ...
BalasHapussulit untuk berkomen
hati sudah penuh sesak dengan segala rasa haru & kesedihan.
Semoga hal ini tak kan terulang dalam kehidupan kita semua ....!
to Alamathur, pakies, harto, ngepas, elvin, puguh, BRI: brn2 cerita yg tragis ya..smga sj para ortu lbh memberi perhatian n ksh syng pd buah hati mrk, jgn sampe terjd hal2 spt di ats...
BalasHapusmataku berkaca2 usai membaca tulisanmu sobat...
BalasHapusrasa sedih, pilu dpt aku rasakan...
semua org tua hrs baca tulisan ini...
ijin aku save ya...
duh mba...kisahnya...bikin air mataku mbrebes mili...
BalasHapus"penyesalan selalu datang belakangan, dia bagai aktor terganteng atau tercantik, yang datang di setiap akhir cerita sebagai pemenangnya..."
kisah inspiratif bnget mba..thanks a lot for sharing...:)
to penghuni60: berkaca kaca gpp kok...cowok nangis ga dilarang..he3..silakan disave, cerita spt itu mmg u menggugah nurani ortu spy jgn sibuk melulu mengejar dunia fana, tanpa peduli dg buah hati mrk..
BalasHapusto windflowers:mbrebes mili..he3..asal ga batal aja puasanya..it's okay sis, tragis yah ceritanya..tnx dh mampir sis..
aduuuuh... kenapa sih kok msh ada orang yg lbh menyayangi barang / benda daripada anak sendiri, apa dia ga sadar ya klo anak itu adalah titipan yg harus kita jaga kita didik kita sayangi, bukannya malah barang yg diurus... ck ck ck
BalasHapusboleh usul niiih... (mohon maaf), bila dalam artikelnya disetiap kalimat ada paragrafnya akan lebih baik dibaca dan di lihat. trims
BalasHapusapalah arti sebuah barang, padahal kita terbuat dari tanah dan kembali lagi ke tanah (kata uztad sih)...wekekeke
BalasHapuspagi mbak...
BalasHapusAduh..jd ngeri tiap kali liat ortu yang tak amanah. Sampe segituny kejam sekali
namanya anak2 apapun dianggap mainan karna dunia mereka jg masih dunia bermain.
mg artikel ini memberi inspirasi para ortu jg semuanya agar lbh memahami anak2 ato adik2 kecil di sekitar kita. Karna sifat aniaya ini bisa terjd di dlm rumah n lingkungan jg.
Kalo baca cerita ini jadi sedih
BalasHapusT_T dalem amat mbak, keterlaluan sampe segitunya.. fuhh! pesannya sampe banget!
BalasHapusAstagfirullah.. klo ini sih udah kebangetan ... sayang sama barang sih boleh.. tapi masa anak kecil gak tau apa2 ikut kena getahnya.... keterlaluan tuh bapak...... mungkin karena tiap hari jarang maen sama anaknya kali tuh jadi gak perduli... buat apa dibikin dlu pak klo gak diperhatiin...
BalasHapusSemangat n happy blogging,,,,
to oempak, muza, tiger,harto,fb,qodam,ferdinand: cerita diatas untuk menggugah para ortu yg keduanya (ayah&ibu)hrs bekerja u cr rizki, tp jgn sampe diperbudak oleh uang...sampe2 buah hati jd punya nasib tragis spt itu...
BalasHapusdulu,aku juga pernah baca cerita seperti ini..
BalasHapustapi tiap kali baca masih aja terasa berkesan banget..
smoga para orang sibuk segera tersadar betapa keluarga lebih penting dari materi
terLepas kisah ini kejadian nyata atau tidak, tetapi sudah membawa terbang imaginasi saya sampai ke Langit 7. miris untuk membayangkannya.
BalasHapussebuah reaLitas yg sudah memutarbaLikan pemikiran orang dewasa yg menjadi anak2, karena sudah tertutup oLeh surga duniawi yg dikejarnya. dan pemikiran anak2 yg berubah menjadi dewasa, karena pengaLaman hidup yg diaLaminya sangat berarti sehingga membuat efek jera baginya untuk tidak menguLangi kesaLahan.
ini adaLah sebuah potret kehidupan yg patut untuk disosiaLisasikan, dimana sebagai media pengingat kita semua sebagai caLon ataupun yg sudah menjadi orang tua, kiranya agar bisa Lebih bersikap bijak untuk daLam mencermati berbagai kondisi dan kebutuhan keLuarga seutuhnya.
Dari perjalanan hidup selama ini, kami mempunyai komitmen, yaitu antara saya, suami, dan anak. Yang komitmen tersebut harus selalu kami ingat, yaitu : harta saya yang paling berharga adalah sang suami, harta suami yang paling berharga adalah sang istri, dan harta sang suami istri yang paling berharga adalah anak, serta harta anak yang paling berharga adalah orang tua. Komitmen ini selalu kami ingatkan bersama-sama disamping sang kepala rumah tangga dalam do'anya selalu membaca surat Al Furqon ayat 74. "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa".
BalasHapusrenungan untuk kita semua selaku orang tua, ada yang lebih berharga dari semua yang kita kejar dan kita cari yaitu buah hati yang membutuhkan kasih sayang yang utuh dari ibu bapaknya.
BalasHapus